-->

Investor Domestik Hingga Asing Lirik Divestasi Tol Waskita

Investor Domestik Hingga Asing Lirik Divestasi Tol Waskita
Share

Baca Juga

PT Waskita Toll Road (WTR) menyatakan sejumlah investor domestik hingga asing telah menyatakan minat pada divestasi jalan tol milik perseroan.

PT Waskita Toll Road (WTR) menyatakan sejumlah investor domestik hingga asing telah menyatakan minat pada divestasi jalan tol milik perseroan. Targetnya, perusahaan bisa melepas kepemilikan saham dari 9 ruas tol pada tahun ini.

Corporate Secretary PT Waskita Toll Road (WTR) Alex Siwu mengatakan seluruh investor tersebut masih dalam proses penjajakan. Dengan demikian, ia memilih tidak membeberkan identitas para investor tersebut.

"Beberapa investor lokal dan asing sudah ada yang menyatakan minatnya atas ruas-ruas tol yang dimiliki WTR," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (29/1).

Ia menuturkan divestasi ini merupakan bagian dari bisnis yang dilakoni perseroan. Anak usaha PT Waskita Karya (Persero) Tbk itu akan menggunakan dana dari divestasi untuk mengembangkan ruas tol baru di Tanah Air. Target investasi ruas tol baru perseroan adalah jembatan tol Balikpapan-Penajam di Kalimantan Selatan.

"Bisnis Waskita Toll Road adalah sebagai developer (pengembang) jalan tol. Dimana kegiatan utamanya adalah investasi, membangun sampai dengan operasi, kemudian melakukan divestasi ruas-ruas tol yang sudah siap divestasi," terangnya.

9 ruas tol yang ditargetkan divestasi tersebut meliputi , tol Medan- Kualanamu-Tebing Tinggi (MKTT) seksi 1-7, tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat seksi 1-6, tol Cibitung-Cilincing seksi 1-4, dan tol Cinere-Serpong seksi 1-2.

Selanjutnya, tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) seksi 1-4, tol Depok-Antasari (Desari) seksi 1-3, tol Pemalang-Batang seksi 1-2, tol Batang-Semarang seksi 1-5, dan tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar seksi 1-4.

Dihubungi terpisah, Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna menilai tol-tol tersebut memiliki nilai jual yang tinggi. Pasalnya, tol yang baru dibangun tersebut merupakan simpul kegiatan ekonomi di Pulau dan Sumatera, sehingga menawarkan investasi yang menjanjikan bagi calon investor.

"Tol-tol tersebut yang baru dibangun, diperkirakan memiliki nilai jual yang tinggi di masa depan. Contoh tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi itu berhubungan dengan bandara, simpul jaringan jalan yang punya nilai tambah tinggi, bukan ruas mati," jelasnya.

Ia memperkirakan divestasi tersebut mampu menyehatkan keuangan perseroan. Terlebih, secara konsolidasi, Waskita Karya sebagai induk, membukukan rugi sebesar Rp2,63 triliun pada kuartal III 2020. Kondisi itu, memburuk dibanding akhir kuartal III 2019, yang mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,15 triliun.

Kerugian disebabkan turunnya pendapatan sebesar 46,66 persen dari Rp22 triliun menjadi Rp11,74 triliun. Perseroan juga tercatat memiliki beban liabilitas mencapai Rp91,86 triliun pada September 2020. Meskipun, angka itu turun tipis 1,72 persen dari Rp93,47 triliun di Desember 2019.

Dengan catatan, kata Yayat, dana hasil divestasi tersebut digunakan untuk mengembangkan bisnis baru.

"Jadi, pertanyaannya apakah ini untuk menyehatkan keuangan perusahaan atau bagian dari strategi untuk menyelesaikan mandat yang diberikan pembangunan ruas tol di tempat lain? Kalau dijual kemudian tidak kembangkan usaha, ya badan usaha itu tidak benar. Badan usaha itu harus ekspansi terus," ujarnya.

[Gambas:Video CNN]



PT Waskita Toll Road (WTR) menyatakan sejumlah investor domestik hingga asing telah menyatakan minat pada divestasi jalan tol milik perseroan.

PT Waskita Toll Road (WTR) menyatakan sejumlah investor domestik hingga asing telah menyatakan minat pada divestasi jalan tol milik perseroan. Targetnya, perusahaan bisa melepas kepemilikan saham dari 9 ruas tol pada tahun ini.

Corporate Secretary PT Waskita Toll Road (WTR) Alex Siwu mengatakan seluruh investor tersebut masih dalam proses penjajakan. Dengan demikian, ia memilih tidak membeberkan identitas para investor tersebut.

"Beberapa investor lokal dan asing sudah ada yang menyatakan minatnya atas ruas-ruas tol yang dimiliki WTR," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (29/1).

Ia menuturkan divestasi ini merupakan bagian dari bisnis yang dilakoni perseroan. Anak usaha PT Waskita Karya (Persero) Tbk itu akan menggunakan dana dari divestasi untuk mengembangkan ruas tol baru di Tanah Air. Target investasi ruas tol baru perseroan adalah jembatan tol Balikpapan-Penajam di Kalimantan Selatan.

"Bisnis Waskita Toll Road adalah sebagai developer (pengembang) jalan tol. Dimana kegiatan utamanya adalah investasi, membangun sampai dengan operasi, kemudian melakukan divestasi ruas-ruas tol yang sudah siap divestasi," terangnya.

9 ruas tol yang ditargetkan divestasi tersebut meliputi , tol Medan- Kualanamu-Tebing Tinggi (MKTT) seksi 1-7, tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat seksi 1-6, tol Cibitung-Cilincing seksi 1-4, dan tol Cinere-Serpong seksi 1-2.

Selanjutnya, tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) seksi 1-4, tol Depok-Antasari (Desari) seksi 1-3, tol Pemalang-Batang seksi 1-2, tol Batang-Semarang seksi 1-5, dan tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar seksi 1-4.

Dihubungi terpisah, Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna menilai tol-tol tersebut memiliki nilai jual yang tinggi. Pasalnya, tol yang baru dibangun tersebut merupakan simpul kegiatan ekonomi di Pulau dan Sumatera, sehingga menawarkan investasi yang menjanjikan bagi calon investor.

"Tol-tol tersebut yang baru dibangun, diperkirakan memiliki nilai jual yang tinggi di masa depan. Contoh tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi itu berhubungan dengan bandara, simpul jaringan jalan yang punya nilai tambah tinggi, bukan ruas mati," jelasnya.

Ia memperkirakan divestasi tersebut mampu menyehatkan keuangan perseroan. Terlebih, secara konsolidasi, Waskita Karya sebagai induk, membukukan rugi sebesar Rp2,63 triliun pada kuartal III 2020. Kondisi itu, memburuk dibanding akhir kuartal III 2019, yang mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,15 triliun.

Kerugian disebabkan turunnya pendapatan sebesar 46,66 persen dari Rp22 triliun menjadi Rp11,74 triliun. Perseroan juga tercatat memiliki beban liabilitas mencapai Rp91,86 triliun pada September 2020. Meskipun, angka itu turun tipis 1,72 persen dari Rp93,47 triliun di Desember 2019.

Dengan catatan, kata Yayat, dana hasil divestasi tersebut digunakan untuk mengembangkan bisnis baru.

"Jadi, pertanyaannya apakah ini untuk menyehatkan keuangan perusahaan atau bagian dari strategi untuk menyelesaikan mandat yang diberikan pembangunan ruas tol di tempat lain? Kalau dijual kemudian tidak kembangkan usaha, ya badan usaha itu tidak benar. Badan usaha itu harus ekspansi terus," ujarnya.

[Gambas:Video CNN]



0 Response

Posting Komentar

Tulis Komentar di Bawah ini

Iklan Atas Artikel

Konten [Tampil]

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel